ketika anda suatu waktu melewati atau berkunjung ke kota Semarang,
sempatkanlah waktu barang sejenak melihat-lihat bangunan kuno lawang
sewu.
letaknya ada di salah satu sudut bundaran monumen tugu muda. gedung
kuno ini menurut catatan sejarah dibangun pada tahun 1903. dan
diresmikan penggunaannya tgl 1 juli 1907.
arsitektur gedungnya bergaya art deco yg bercirikan eksklusif dan
berkembang pada era 1850-1940 dibenua eropa. bangunan ini salah satu
karya dua arsitek Belanda ternama saat itu yaitu prof.Jacob F.Klinkhamer dan B.J.Queendag.
awalnya gedung lawang sewu difungsikan sebagai kantor
perusahaan kereta api belanda . pada zaman ORBA gedung ini sempat
dijadikan markas kodam Diponegoro seblum akhirnya diambil alih oleh
PT.KAI sampai sekarang.
jika anda mau masuk area gedung ini , akan dipungut biaya 10.000 /
orang dan wajib menggunakan pemandu dg tarif 30.000 / rombongan.
kemudian anda akan diajak berkeliling keseluruh area gedung. dimulai
dengan pelataran dalam gedung berbentuk U.
selanjutnya diajak memasuki bangunan berdinding kusam yg dulunya
dipakai sebagai asrama karyawan. ruangan didalamnya sangat unik. mirip
menyerupai gerbong kereta api. anda dapat memasuki seluruh
ruangan_ruangan itu tanpa harus keluar terlebih dahulu.
berikut adalah foto-foto didalam gedung lawang sewu;
1. ruang dansa
2.kamar mandi yg berada disamping terpisah dari gedung.
3. loteng lantai tiga. selain sebagai sirkulasi udara kadang juga kerap dipakai pertunjukan wayang
.
loteng
4. ruang bungker bawah tanah. dulu merupakan tandan air hujan, dan penjara para pejuang.
Penjara bawah tanah Lawang Sewu ini sering dijadikan sebagai tempat
eksekusi para pemuda Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap Jepang
dan jasad-jasad mereka dibuang ke kali yang terletak di sebelah gedung
ini.
bungker ini sangat galap, jadi anda harus membawa senter yang telah disediakan dengan membayar uang sewa 10.000
selamat bertraveling……
oo ya….. dihalaman samping gedung ada lokomotif uap tempoe doeloe.
eng ing eng…. ( numpang narsis bro he..hee)
Blog ini hanya coretan dikala senggang. maklum saja kalau isinya di lidah tidak renyah , di mata tidak indah dipandang dan dimulut terasa plong kalau dimuntahkan.
Jumat, 13 Juli 2012
Demak-ku
Demak adalah salah satu kabupaten yang berada di jawa tengah. daerah kekeuasaanya meliputi 14 kecamatan dan
247 kelurahan. diantaranya adalah kelurahan jetak, tanah kelahiranku tercinta.
wes
kesuwur DEMAK merupakan kerajaan islam pertama dijawa. pada tahun 1515
kekuasaan DEMAK sampai wilayah Cirebon. pada tahun 1546 semakin luas
wilayahnya sampai jambi, palembang, banten, sunda kelapa dan panarukan
jatim. *( 1)
rikolo semono R.Patah diperintahkan gurune ,sunan Ngampel suroboyo supoyo merrantau ke wilayah barat . < opo mergo iki akeh wong demak sing podo meramtau ng jakarta,batam, dll ? manut lampahi R.patah? embooh...> dan pesan gurunya , kalau ketemu tempat yang terlindungi tanaman glagah wangi yg rimbun supaya bermukim di situ. padahal tanaman gelagah yg rimbun tentu hanya subur di daerah rawa_rawa.
mlaku rono mlaku rene akhire R.Patah sampailah ke daerah rawa ditepi selatan pulau muryo( gunung muria sekarang. dulunya sebuah kepulauan dan terpisah dg pulau jawa ) disitulah ditemukan gelagah wangi dan rawa. kemudian tempat tersebut dinamai dg DEMAK.*(2)
tembung DEMAK jarene berasal dari bahasa arab ,DHIMA' yg artinya rawa.sampai sekarang di daerah demak jika musim hujan sering digenangi air. dan pada musim kamarau tanahnya retak-retak. maklumlah karna dulunya adalah tanah rawa alias tanah lumpur. oleh karena itu jalan raya yg di bangun sering rusak. tapi sekarang dg metode kontruksi cor beton, hampir diseluruh daerah DEMAK , dalane wes mulus tur ora gampang rusak. DEMAK rikolo semono berada persis di tepi laut. sekarang jaraknya dari laut sampai 30 km.makanya letak Demak cukup menguntungkan bagikegiatan perdgangan. selat yg memisahkan jawa dan pulau muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dg leluasa. sehingga dari semarang melalui demak perahu dpt berlayar sampai rembang. baru pada abad-17 sedimen di selat muryo semakin banyak dan akhirnya mendangkalkanya. di tambah bergesernya pulau jawa ke utara tip tahunnya meyebabkan selat tadi tdk dapat dilayari lagi. pelabuhan demak mati dan peranannya diambil alih oleh jeporo yg letaknya disisi barat p.muryo. jalan raya pantura yg menghubungkan semarang - demak - kudus - pati - juwana sekarang sesungguhnya tepat berada diatas selat muria . yg dulu ramai dilayari kapal -kapal dagang yg melintasi diantara juwana dan demak pada abad 15 dan 16.
asal-usul soko tatal
Dalam masa pambangunan Masjid Agung membutuhkan 4 buah tiang jati (Soko) yang awalnya semua adalah dari Muria Kudus yang dibawa dari Kudus melalui jalur laut mengunakan getek , getek pambawa kayu jati dari hutan Muria terdampar di Kepulauan Gajah-Oyo karena ombak besar. Setelah diteliti, ternyata hanya tersisa 3 dari 4 gelondong tiang jati (soko). Saat para pekerja ingin memperbaiki geteknya, “wadungnya” tidak ada, diperkirakan jatuh tercebur di perairan Kepulauan Gajah-Oyo. Kemudian mereka berinisiatif membuat jaring untuk “ngrikit” (dari tali-temali yang ada, yang berbentuk jaring—seret yang ditarik bersama menelusuri (ngrikiti) gugusan-gugusan tepi pulau) guna menjaring satu gelondong dan wadung yang hilang. Namun, apa yang dicari tak kunjung ditemukan meski sudah “digribig” (dijaring secara merata). Akhirnya, gethek berhenti di desa ujung-timur bagian selatan yang kemuduan dinamakan Desa Gribigan.
Dan rakyatnya, kaum nelayan, menggunakan jaring krikit, yang ditarik bersama menyusuri pantai sampai dengan lahirnya jaring trol atau jaring pukat harimau. Kemudian tempat ini disebut Kepulauan Wadung. Seiring perkembangan masyarakat dan masing-masing pulau menjadi pedesaan, Kepulauan Wadung menjadi Pedesaan Wedung, dan akhirnya menjadi Desa Wedung.
Kemudian
getek pembawa kayu jati untuk tiang Masjid Agung Demak tersebut
melanjutkan perjalanannya dengan hanya membawa 3 tiang. Saat pembangunan
dimulai, dengan terpaksa Sunan Kalijaga menyusun satu soko dari
beberapa potongan kayu yang dirakit dengan tali yang disebut soko tatal.
Kepulauan Gayah-Oyo (Wedung) Dalam Legenda
Sejak abad ketujuh di kepulaun muria , di ujung baratnya telah berdiri suatu kerajaan dengan penguasanya Ratu shima di keling kerajaan kalinga. Dan daerah perbatasannya adalah kepulauan Gajah-oyo. Dan pada waktu itu telah hadir berkunjung rombongan musafir dari arab yang kemudian berhasil menarik ratu shima dan dengan keluarga untuk memeluk islam. Setelah rakyat dan para pemimpin hindu mengetahui bahwa ratu shima telah memeluk islam, maka mereka memberontak dan kerajaan kalingan dihancurkan. Kemudian kerajaan kalinga dipindahkan ke jawa barat dan berganti nama menjadi kerajaan medang kamulan dengan rajanya putera ratu shima bernama shinna. Dan demikian juga tidak lama setelah rakyat Medang kamulan mengetahui bahwa raja dan punggowonya adalah muslim maka mereka juga memberontak dan menghancurkan kerajaan medang kamulan. Selanjutnya dinasti shima dengan rajanya shinna mendirikan kerajaan medang kamulan kedua yang didirikan di purwodadi. Dan kepulauan gajah-oyo merupakan suatu selat perbatasan antara jepara (kerajaan kalingga) , Demak, Pati, juana, Rembang, lasem, dan Purwodadi. Kepulaun Muria selain memiliki gunung muria juga memiliki gunung pati ayam yang hutannya banyak dihuni gajah-gajah besar dan pada zaman itu kebanyakan penduduk kepulauan muria adalah beragama hindu. Sehingga pada zaman itu mereka sangat bangga dengan lambang gajah dan ingin menamakan daerah yang yang baru yang menjadi kebanggaam mereka denagn nama gajah. Dari sinilah nama gajah-oyo terbentuk yaitu daerah yang berpencar antara demak, kudus, dan jepara. Mereka menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Gajah Oyo.
Pada awal abad Masehi (sekitar abad keempat Masehi) Hinduisme sudah masuk ke Kepulauan Nusantara Indonesia di sebuah kerajaan di Kalimantan Timur dengan rajanya yaitu Mulawarman. Berlanjut dengan Kerajaan Tarumanegara dengan rajanya yaitu Purnawarman yang tertuang dalam Prasasti Batu Tulis.Pada masa tersebut terdapat Pertapa Begawan Abiyoso yang bertapa di Puncak Songolikur di bukit Gunung Muria dan memiliki seorang puteri yang memiliki kelainan. Puteri tersebut sangat cantik namun keriangatnya berbau amis. Akibatnya puteri tersebut selalu saja gagal dilamar oleh ksatria. Akhirnya puteri tersebut diasingkan di suatu pulau kecil, yaitu di sebelah utara Kepulauan Gajah-Oyo yang akhirnya dinamakan Berahan.
Pada awal abad ketiga belas (1230 M), suatu bangunan unik dibangun di Wedung, yaitu suatu bangunan Balai Romo dengan luas 10×20 m3 tanpa dinding dan pagar. Bangunan tersebut adalah bangunan terbuka dengan empat pintu penjuru di timur, barat, selatan, dan utara. Dalam legenda cerita lisan dinyatakan bahwa bangunan itu dibangun oleh Raja Kediri yang mengharapkan bangunan itu sebagai tempat persinggahan, rekreasi, dan tempat musyawarah khusus.
Pada akhir abad ketiga belas Masehi, hadir serombongan mubaligh yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim Almaghriby (berarti Al-Syaik dari Maroko, yang bermadzhab maliki).Pada awal abad kelima belas Masehi (tahun 1414 M), armada Laksamana Haji Muhammad Cheng Ho (Sam Poo Tai Jin) mengadakan kunjungan muhibbah kepada Raja Brawijaya, Kerajaan Majapahit. Armadanya berjumlah kurang lebih 80 Kapal Jung yang mayoritas angkatannya adalah muslimin yang bermadzhah Hanafiyah. Sebelum sampai di pelabuhan Semarang (Semongan), armada tersebut singgah di kepulauan Gajah Oyo dan berlabuh di Pantai Selatan Kepulauan Muria, tepatnya di Welahan.
Tahun 1414 M itu juga, Armada Laksamana H. Muhammad Ceng Hoo singgah di Palembang, Laut Bangka-Bagan Siapi-api sebelum menuju Semarang (Semongan). Armadanya menemukan kapal-kapal perompak Cina atau bajak laut dari Cina yang mengganggu keamanan di Lautan Jawa dan kemudian dikejar oleh Armada H. M. Cheng Ho, terus dikejar hingga armada tersebut masuk ke perairan Gajah Oyo. Begitu singgah di pantai jepara arah timur, yaitu Welahan, kapal perompak tersebut dapat dihancurkan dan tenggelam di perairan Kepulauan Gajah-Oyo; ternyata tahun 1947, ditemukan bangkai kapal Jung di arah timur tambak Gojoyo, dan banyak barang-barang keramik ala Dinasti Ming..
Di zaman Kesultanan Demak, tepatnya saat Kyai Poncowati diangkat menjadi panglima perang, keris pusakanya ditanam di Wedung, tanah Pekodan, dan di atasnya ditanam pohon beringin.
Di awal abad ke-16 (1505-1515) diceritakan: datang Dewa Srani dengan armada lautnya di perairan Kepulauan Gajahoyo, dari Atasangin, dan kejar-kejaran dengan Raja Kalimantoro. Beberapa kapal Dewa Srani tenggelam di perairan sekitar kepulauan tersebut. Sisanya meneruskan pelayaran ke Timur.
Catatan : “Dewa Srani” adalah armada kapal-kapal yang berbendera salib (palang-pantek-merah), armada Portugis dan Spanyol yang memburu kaum Moro (kaum Muslim Spanyol) sampai di Kepulauan Mindanao, Philipina Selatan. Akhirnya kaum Moro mendarat di Mindanao dan masuk hutan-hutan, dan kemudian akhirnya menjadi warga negara Philipina sampai sekarang.
“Sunan Kali mengarang lakon-lakon wayang baru dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa Kalimah Syahadat”.
( Dikutip dari buku “Unsur Islam Dalam Pewayangan” hal.84, Drs.H.Effendi Zarkasi )
sumber
(1). runtuhnya kerajaan hindu-jawa dan timbulnya negara islam nusantara, Slamet mulyana (1968)
2). peranan bangsa Indonesi dalam sejarah asia tenggara; Moh.Ali 1963-
247 kelurahan. diantaranya adalah kelurahan jetak, tanah kelahiranku tercinta.
rikolo semono R.Patah diperintahkan gurune ,sunan Ngampel suroboyo supoyo merrantau ke wilayah barat . < opo mergo iki akeh wong demak sing podo meramtau ng jakarta,batam, dll ? manut lampahi R.patah? embooh...> dan pesan gurunya , kalau ketemu tempat yang terlindungi tanaman glagah wangi yg rimbun supaya bermukim di situ. padahal tanaman gelagah yg rimbun tentu hanya subur di daerah rawa_rawa.
mlaku rono mlaku rene akhire R.Patah sampailah ke daerah rawa ditepi selatan pulau muryo( gunung muria sekarang. dulunya sebuah kepulauan dan terpisah dg pulau jawa ) disitulah ditemukan gelagah wangi dan rawa. kemudian tempat tersebut dinamai dg DEMAK.*(2)
tembung DEMAK jarene berasal dari bahasa arab ,DHIMA' yg artinya rawa.sampai sekarang di daerah demak jika musim hujan sering digenangi air. dan pada musim kamarau tanahnya retak-retak. maklumlah karna dulunya adalah tanah rawa alias tanah lumpur. oleh karena itu jalan raya yg di bangun sering rusak. tapi sekarang dg metode kontruksi cor beton, hampir diseluruh daerah DEMAK , dalane wes mulus tur ora gampang rusak. DEMAK rikolo semono berada persis di tepi laut. sekarang jaraknya dari laut sampai 30 km.makanya letak Demak cukup menguntungkan bagikegiatan perdgangan. selat yg memisahkan jawa dan pulau muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dg leluasa. sehingga dari semarang melalui demak perahu dpt berlayar sampai rembang. baru pada abad-17 sedimen di selat muryo semakin banyak dan akhirnya mendangkalkanya. di tambah bergesernya pulau jawa ke utara tip tahunnya meyebabkan selat tadi tdk dapat dilayari lagi. pelabuhan demak mati dan peranannya diambil alih oleh jeporo yg letaknya disisi barat p.muryo. jalan raya pantura yg menghubungkan semarang - demak - kudus - pati - juwana sekarang sesungguhnya tepat berada diatas selat muria . yg dulu ramai dilayari kapal -kapal dagang yg melintasi diantara juwana dan demak pada abad 15 dan 16.
asal-usul soko tatal
Dalam masa pambangunan Masjid Agung membutuhkan 4 buah tiang jati (Soko) yang awalnya semua adalah dari Muria Kudus yang dibawa dari Kudus melalui jalur laut mengunakan getek , getek pambawa kayu jati dari hutan Muria terdampar di Kepulauan Gajah-Oyo karena ombak besar. Setelah diteliti, ternyata hanya tersisa 3 dari 4 gelondong tiang jati (soko). Saat para pekerja ingin memperbaiki geteknya, “wadungnya” tidak ada, diperkirakan jatuh tercebur di perairan Kepulauan Gajah-Oyo. Kemudian mereka berinisiatif membuat jaring untuk “ngrikit” (dari tali-temali yang ada, yang berbentuk jaring—seret yang ditarik bersama menelusuri (ngrikiti) gugusan-gugusan tepi pulau) guna menjaring satu gelondong dan wadung yang hilang. Namun, apa yang dicari tak kunjung ditemukan meski sudah “digribig” (dijaring secara merata). Akhirnya, gethek berhenti di desa ujung-timur bagian selatan yang kemuduan dinamakan Desa Gribigan.
Dan rakyatnya, kaum nelayan, menggunakan jaring krikit, yang ditarik bersama menyusuri pantai sampai dengan lahirnya jaring trol atau jaring pukat harimau. Kemudian tempat ini disebut Kepulauan Wadung. Seiring perkembangan masyarakat dan masing-masing pulau menjadi pedesaan, Kepulauan Wadung menjadi Pedesaan Wedung, dan akhirnya menjadi Desa Wedung.
Kepulauan Gayah-Oyo (Wedung) Dalam Legenda
Sejak abad ketujuh di kepulaun muria , di ujung baratnya telah berdiri suatu kerajaan dengan penguasanya Ratu shima di keling kerajaan kalinga. Dan daerah perbatasannya adalah kepulauan Gajah-oyo. Dan pada waktu itu telah hadir berkunjung rombongan musafir dari arab yang kemudian berhasil menarik ratu shima dan dengan keluarga untuk memeluk islam. Setelah rakyat dan para pemimpin hindu mengetahui bahwa ratu shima telah memeluk islam, maka mereka memberontak dan kerajaan kalingan dihancurkan. Kemudian kerajaan kalinga dipindahkan ke jawa barat dan berganti nama menjadi kerajaan medang kamulan dengan rajanya putera ratu shima bernama shinna. Dan demikian juga tidak lama setelah rakyat Medang kamulan mengetahui bahwa raja dan punggowonya adalah muslim maka mereka juga memberontak dan menghancurkan kerajaan medang kamulan. Selanjutnya dinasti shima dengan rajanya shinna mendirikan kerajaan medang kamulan kedua yang didirikan di purwodadi. Dan kepulauan gajah-oyo merupakan suatu selat perbatasan antara jepara (kerajaan kalingga) , Demak, Pati, juana, Rembang, lasem, dan Purwodadi. Kepulaun Muria selain memiliki gunung muria juga memiliki gunung pati ayam yang hutannya banyak dihuni gajah-gajah besar dan pada zaman itu kebanyakan penduduk kepulauan muria adalah beragama hindu. Sehingga pada zaman itu mereka sangat bangga dengan lambang gajah dan ingin menamakan daerah yang yang baru yang menjadi kebanggaam mereka denagn nama gajah. Dari sinilah nama gajah-oyo terbentuk yaitu daerah yang berpencar antara demak, kudus, dan jepara. Mereka menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Gajah Oyo.
Pada awal abad Masehi (sekitar abad keempat Masehi) Hinduisme sudah masuk ke Kepulauan Nusantara Indonesia di sebuah kerajaan di Kalimantan Timur dengan rajanya yaitu Mulawarman. Berlanjut dengan Kerajaan Tarumanegara dengan rajanya yaitu Purnawarman yang tertuang dalam Prasasti Batu Tulis.Pada masa tersebut terdapat Pertapa Begawan Abiyoso yang bertapa di Puncak Songolikur di bukit Gunung Muria dan memiliki seorang puteri yang memiliki kelainan. Puteri tersebut sangat cantik namun keriangatnya berbau amis. Akibatnya puteri tersebut selalu saja gagal dilamar oleh ksatria. Akhirnya puteri tersebut diasingkan di suatu pulau kecil, yaitu di sebelah utara Kepulauan Gajah-Oyo yang akhirnya dinamakan Berahan.
Pada awal abad ketiga belas (1230 M), suatu bangunan unik dibangun di Wedung, yaitu suatu bangunan Balai Romo dengan luas 10×20 m3 tanpa dinding dan pagar. Bangunan tersebut adalah bangunan terbuka dengan empat pintu penjuru di timur, barat, selatan, dan utara. Dalam legenda cerita lisan dinyatakan bahwa bangunan itu dibangun oleh Raja Kediri yang mengharapkan bangunan itu sebagai tempat persinggahan, rekreasi, dan tempat musyawarah khusus.
Pada akhir abad ketiga belas Masehi, hadir serombongan mubaligh yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim Almaghriby (berarti Al-Syaik dari Maroko, yang bermadzhab maliki).Pada awal abad kelima belas Masehi (tahun 1414 M), armada Laksamana Haji Muhammad Cheng Ho (Sam Poo Tai Jin) mengadakan kunjungan muhibbah kepada Raja Brawijaya, Kerajaan Majapahit. Armadanya berjumlah kurang lebih 80 Kapal Jung yang mayoritas angkatannya adalah muslimin yang bermadzhah Hanafiyah. Sebelum sampai di pelabuhan Semarang (Semongan), armada tersebut singgah di kepulauan Gajah Oyo dan berlabuh di Pantai Selatan Kepulauan Muria, tepatnya di Welahan.
Tahun 1414 M itu juga, Armada Laksamana H. Muhammad Ceng Hoo singgah di Palembang, Laut Bangka-Bagan Siapi-api sebelum menuju Semarang (Semongan). Armadanya menemukan kapal-kapal perompak Cina atau bajak laut dari Cina yang mengganggu keamanan di Lautan Jawa dan kemudian dikejar oleh Armada H. M. Cheng Ho, terus dikejar hingga armada tersebut masuk ke perairan Gajah Oyo. Begitu singgah di pantai jepara arah timur, yaitu Welahan, kapal perompak tersebut dapat dihancurkan dan tenggelam di perairan Kepulauan Gajah-Oyo; ternyata tahun 1947, ditemukan bangkai kapal Jung di arah timur tambak Gojoyo, dan banyak barang-barang keramik ala Dinasti Ming..
Di zaman Kesultanan Demak, tepatnya saat Kyai Poncowati diangkat menjadi panglima perang, keris pusakanya ditanam di Wedung, tanah Pekodan, dan di atasnya ditanam pohon beringin.
Di awal abad ke-16 (1505-1515) diceritakan: datang Dewa Srani dengan armada lautnya di perairan Kepulauan Gajahoyo, dari Atasangin, dan kejar-kejaran dengan Raja Kalimantoro. Beberapa kapal Dewa Srani tenggelam di perairan sekitar kepulauan tersebut. Sisanya meneruskan pelayaran ke Timur.
Catatan : “Dewa Srani” adalah armada kapal-kapal yang berbendera salib (palang-pantek-merah), armada Portugis dan Spanyol yang memburu kaum Moro (kaum Muslim Spanyol) sampai di Kepulauan Mindanao, Philipina Selatan. Akhirnya kaum Moro mendarat di Mindanao dan masuk hutan-hutan, dan kemudian akhirnya menjadi warga negara Philipina sampai sekarang.
“Sunan Kali mengarang lakon-lakon wayang baru dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa Kalimah Syahadat”.
( Dikutip dari buku “Unsur Islam Dalam Pewayangan” hal.84, Drs.H.Effendi Zarkasi )
Diceritakan dalam lakon Jamus Kalimusodo : Dewa Srani seorang raksasa putra Betara kala berambisi besar untuk menguasai dunia, lalu diceritakanlah keinginannya itu kepada ibunya Betari Durga. Mendengar
pernyataan dari putra kesayangannya ini Betari Durga sangat suka cita,
maka disarankan kepada putranya Dewa Srani agar mencuri pusaka “Jimat Kalimusodo” yang ada pada Prabu Darmakusuma raja Amarta pemuka Pandawa.
“Wahai
ananda, jika ananda memang benar-benar ingin menguasai dunia, itu hanya
satu syaratnya, ananda harus mendapatkan pusaka Jimat Kalimusodo yang
terdapat di Negeri Amarta milik Prabu Darmakusuma, dan puasaka itu
terletak di mahkota kepala Prabu Darmakusuma”.
Mendengar
jawaban dan syaran dari ibunya Dewa Srani sedikit terkejut, karena
bagaimana mungkin mendapatkan pusaka tersebut karena dia sendiri
mengetahui kalau Raja Amarta, Prabu Darma Kusuma adalah pemuka Pandawalima yang teramat kesohor kesaktian dan kedigjayaannya. Bertanyalah Dewa Srani kepada ibunya:
“Ibunda!
Bagaimana caranya ananda bisa memperoleh pusaka Jimat Kalimusodo itu
sedang ibunda tahu, Prabu Darmokusumo dan keempat saudaranya yang
dikenal dengan Pandawalima adalah sosok-sosok sakti mandraguna. Ananda
kira sangatlah sukar untuk merampas pusaka itu secara langsung!”
“Ibunda
sarankan agar sebaiknya ananda harus mencurinya saja, itu adalah
satu-satunya jalan termudah sebab jika ananda merampasnya sepertinya itu
tidak mungkin sebab kesaktian Pusaka Jimat Kalimusodo itu maha sangat
luar biasa tidak bisa dikalahkan oleh jenis senjata pusaka manapun, dan
untuk itu sebaiknya ananda menghadap ramamu Betara Kala untuk minta
restu dan bekal kesaktian agar dalam melakukan pencurian nanti berhasil.
” Demikianlah saran dari ibunya kemudian.
Singkat cerita Dewa Srani akhirnya berhasil memperoleh Pusaka Jimat
Kalimosodo dengan cara mencurinya dari Prabu Darmakusuma, dan iapun
menguasai dunia berkat pusaka Jimat Kalimusodo tersebut, akan tetapi
pusaka Jimat Kalimusada ini dapat direbut kembali oleh Pandawa Lima
melalui kegigihan satriya panengah Pandawa Raden Arjuna.
wallahua'lam
//sumber
(1). runtuhnya kerajaan hindu-jawa dan timbulnya negara islam nusantara, Slamet mulyana (1968)
2). peranan bangsa Indonesi dalam sejarah asia tenggara; Moh.Ali 1963-
(3). pemugaran persada sejarah leluhur majapahit; slamet mulyana
(4) wikipedia
Label:
asal demak,
kota demak,
sejarah demak,
soko tatal
Legenda pintu bledhek ( petir )
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Dalam ilmu sains, ada tokoh yg terkenal bisa menangkap petir. yaitu Benjamin Franklin.( 1706 – 1790 )
Konon, menurut sahibul hikayat sains,
Benjamin Franklin, suka bermain layang-layang. Suatu saat ia iseng
betul dan ingin menjajal layang-layangnya untuk menangkap petir. Tahun
1752, bersama anaknya yang berusia 21 tahun ia melakukan percobaan
menangkap petir untuk membuktikan kalau petir itu listrik. Dalam
percobaannya mereka memasang kunci logam di pangkal benang layang-layang
yang ia pegang. Benang dengan tali yang dilumuri serbuk besipun ia
gunakan. Bapak dan ank pun nekat, bermain layang-layang ketika petir
menyambar dan hujan turun. Dan ajaib, petir memang menyambar
layang-layangnya, arus listrik pun mengalir menuju pangkal benang dimana
kunci berada maka itulah saat ia mengetahui cara menangkap petir dan
kelak akan melahirkan pengetahuan baru tentang kelistrikan.
jauh sebelum Benjamin Franklin lahir ada orang jawa yang bisa
menangkap petir dengan tangan terbuka kemudian mengikatnya di pohon.
hmmm….lebih hebat bukan?
dialah kiAGENG SELO. beliau yg menurunkan Raja-Raja tanah jawa setelah kerajaan Demak surut.
beliau adalah kakek KiAgeng Pamanahan yg menurunkan Sutawijaya , yg kemudian bergelar SENOPATI ING ALOGO , raja mataram pertama.
…..Alkisah, suatu hari KiAgeng Selo sibuk bekerja mencangkul
disawahnya yg terbentang luas. mendadak hari menjadi mendung, sebentar
kemudian hujan datang dg derasnya. terpaksalah kiAgeng Selo berhenti
mencangkul. sambil menggerutu sendirian ;” sawah iki kemendungan”.
padahal beberapa ratus meter disekitarnya tidak mendung dan tidak hujan.
pantaslah ki Ageng Selo segera pindah mencangkul di sawahnya yg tdk
kemendungan.
tetapi alangkah terkejutnya, mendadak mendung dan kilat datang lagi
seperti sedang mengejarnya.entah bagaimana mulanya sat itu terjadi
pertempuran antara kiAgeng Selo dg bledeg yg sedang menyamgar kearah
kepalanya..demi untuk keselamatan jiwanya, maka kemudian ki Ageng Selo
berdiri tegak ditengah sawah sambil tangan kanannya menuding kearah
bledeg yd sedang mengamuk.
begitu bledek melihat musuhnya sedang berdiri tegak, seketika ”
DUUOOOORRRRR ” kepala ki Ageng selo disambarnya.
sebagian murid beliau
yg kebetulan menyaksikan peristiwa itu mengira gurunya akan hancur lebur
seketika. seperti tidak percaya mendadak mata mereka dikejutkan oleh
pemandanggan yg aneh. sekonyong-konyong seperti ada benda raksasa serem
dan menakutkan telah diikat dg damen (merang) oleh sang guru sakti
itu.di pohon Gandri.
peristiwa kiAgeng Selo menangkapbledek hidup-hidup dg tangan kosong
tsb, dalam waktu singkat terdengar oleh pihak keeraton demak. kemudian
diutuslah beberapa prajurit agar supaya selekas mungkin memebawa bledeg
tsb ke Demak. kiAgeng selo memepersilahkan bledeg di bawa ke Demak ,
biarlah kalau memang raja berkeinginan melihat bledeg. hanya dalam
hatinya berkata ;” biarlah nanti kita liahat saja apa kemauan sultan
demak sebenarnya. apa akan dijadikan tontonan umum di demak? ataukah ada
maksud lain? “
bledeg yg dibawa utusan raja , setalah sampai di demak langsung
dibawa masuk ke masjid. berbondong-bondong penduduk menuju masjid untuk
melihat bledek tsb. termasuk mbahe mbahane mbahane mbahane buyute mbahe
aku saat itu juga meyaksikan peristiwa tsb. tentu tidak dipungut biaya
alias grratiiis. he..he..
sementara itu diperintahkan juru lukis untuk menggambar bledeg tsb.
ternyata untuk melukis bledeg idak segampang yang di sangka
orang.pelukis sekelas Afandi mungkin tidak bisa menyelesaikan dalam
waktu singkat. konon bledeg yg sedang dilukis tsb selalu berubah
bentuknya..hari ini bentuknya begita besoknya berubah begitu.
rikolo semono sang pelukis baru saja menyelesaikan bagian kepala dari
model bledeg tsb, skonyong-konyong koder datanglah seorang perempuan
tua ke masjid sambil membawa “beruk” ( boso jowone tempurung kelapa )
berisiair. nenek tsb mendekati bledeg kemudian menyiramkan air dari
beruk kearah bledek. sekeitika bledeg meledak ” DUUUAAAAARRRR” .sang
pelukis dan orang yg disekitarnya terpental beberapa centimeter.
bersamaan dg itu berubahlah nenek tsb menjadi seorang laki-laki berjubah
putih yg dlm waktu sekejap netra lenyap dari pandangan mata orang-orang
yg ada disekitar itu.
orang berjubah putih itu tidak lain adalah kiAgengSelo yg tdk sampai
hati melihat bledeg dijadikan bintang model dan jadi tontonan di demak.
meskipunbledeg yg telah ditangkapnya itu sebelumnya hendak mengancam
jiwanya. orag yg memilki sifat jahat dan berbahaya bagi keselamataan
manusia kalau bisa ditundukkan ke arah yg baik kelak pasti ada
manfaatnya.
lukisan bledeg ( lebih tepatnya ukiran ) yg belum selesai tsb
kemudian dijadikan pintu masjid raya DEMAK. dan disebut ” pintu bledeg”
.letaknya membatasi pendopo masjid dg ruangan dalam. jadi setiaporang yg
hendak bersembahyang di masjid demak selalu dapat melihat pintu bledeg
tsb.
menurut keterangan petugas masjid Demak, dulu memang pintu bledeg
dipasang didalam masjid, tetapi utk menghindari kerusakan akhirnya
pintu bledeg yg asli disimpan di museum masjid Demak. lokasinya ada
disebelah utara masjid. sedangkan sebagai gantinya dipasang pintu bledeg
tiruan.
akhirul kalam…..ujare mbahe, sebenarnya yang dimaksud pintu bledeg
ialah ” sanepo ” atau hanya kiasan dan sindiran. Bledeg itu sebetulnya
gambaran dari hawa angkara murka yg dimiliki setiap orang. oleh karena
itu sebelum orang bersembahyang dimasjid demak diingatkan bahwa dalam
dirinya ada hawa angkara murka yang harus diperangi setiap saat.
bukankah Sholat itu bisa mencegah dari kerusakan dan keangkaramurkaan!!
waAllahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)