247 kelurahan. diantaranya adalah kelurahan jetak, tanah kelahiranku tercinta.
rikolo semono R.Patah diperintahkan gurune ,sunan Ngampel suroboyo supoyo merrantau ke wilayah barat . < opo mergo iki akeh wong demak sing podo meramtau ng jakarta,batam, dll ? manut lampahi R.patah? embooh...> dan pesan gurunya , kalau ketemu tempat yang terlindungi tanaman glagah wangi yg rimbun supaya bermukim di situ. padahal tanaman gelagah yg rimbun tentu hanya subur di daerah rawa_rawa.
mlaku rono mlaku rene akhire R.Patah sampailah ke daerah rawa ditepi selatan pulau muryo( gunung muria sekarang. dulunya sebuah kepulauan dan terpisah dg pulau jawa ) disitulah ditemukan gelagah wangi dan rawa. kemudian tempat tersebut dinamai dg DEMAK.*(2)
tembung DEMAK jarene berasal dari bahasa arab ,DHIMA' yg artinya rawa.sampai sekarang di daerah demak jika musim hujan sering digenangi air. dan pada musim kamarau tanahnya retak-retak. maklumlah karna dulunya adalah tanah rawa alias tanah lumpur. oleh karena itu jalan raya yg di bangun sering rusak. tapi sekarang dg metode kontruksi cor beton, hampir diseluruh daerah DEMAK , dalane wes mulus tur ora gampang rusak. DEMAK rikolo semono berada persis di tepi laut. sekarang jaraknya dari laut sampai 30 km.makanya letak Demak cukup menguntungkan bagikegiatan perdgangan. selat yg memisahkan jawa dan pulau muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dg leluasa. sehingga dari semarang melalui demak perahu dpt berlayar sampai rembang. baru pada abad-17 sedimen di selat muryo semakin banyak dan akhirnya mendangkalkanya. di tambah bergesernya pulau jawa ke utara tip tahunnya meyebabkan selat tadi tdk dapat dilayari lagi. pelabuhan demak mati dan peranannya diambil alih oleh jeporo yg letaknya disisi barat p.muryo. jalan raya pantura yg menghubungkan semarang - demak - kudus - pati - juwana sekarang sesungguhnya tepat berada diatas selat muria . yg dulu ramai dilayari kapal -kapal dagang yg melintasi diantara juwana dan demak pada abad 15 dan 16.
asal-usul soko tatal
Dalam masa pambangunan Masjid Agung membutuhkan 4 buah tiang jati (Soko) yang awalnya semua adalah dari Muria Kudus yang dibawa dari Kudus melalui jalur laut mengunakan getek , getek pambawa kayu jati dari hutan Muria terdampar di Kepulauan Gajah-Oyo karena ombak besar. Setelah diteliti, ternyata hanya tersisa 3 dari 4 gelondong tiang jati (soko). Saat para pekerja ingin memperbaiki geteknya, “wadungnya” tidak ada, diperkirakan jatuh tercebur di perairan Kepulauan Gajah-Oyo. Kemudian mereka berinisiatif membuat jaring untuk “ngrikit” (dari tali-temali yang ada, yang berbentuk jaring—seret yang ditarik bersama menelusuri (ngrikiti) gugusan-gugusan tepi pulau) guna menjaring satu gelondong dan wadung yang hilang. Namun, apa yang dicari tak kunjung ditemukan meski sudah “digribig” (dijaring secara merata). Akhirnya, gethek berhenti di desa ujung-timur bagian selatan yang kemuduan dinamakan Desa Gribigan.
Dan rakyatnya, kaum nelayan, menggunakan jaring krikit, yang ditarik bersama menyusuri pantai sampai dengan lahirnya jaring trol atau jaring pukat harimau. Kemudian tempat ini disebut Kepulauan Wadung. Seiring perkembangan masyarakat dan masing-masing pulau menjadi pedesaan, Kepulauan Wadung menjadi Pedesaan Wedung, dan akhirnya menjadi Desa Wedung.
Kepulauan Gayah-Oyo (Wedung) Dalam Legenda
Sejak abad ketujuh di kepulaun muria , di ujung baratnya telah berdiri suatu kerajaan dengan penguasanya Ratu shima di keling kerajaan kalinga. Dan daerah perbatasannya adalah kepulauan Gajah-oyo. Dan pada waktu itu telah hadir berkunjung rombongan musafir dari arab yang kemudian berhasil menarik ratu shima dan dengan keluarga untuk memeluk islam. Setelah rakyat dan para pemimpin hindu mengetahui bahwa ratu shima telah memeluk islam, maka mereka memberontak dan kerajaan kalingan dihancurkan. Kemudian kerajaan kalinga dipindahkan ke jawa barat dan berganti nama menjadi kerajaan medang kamulan dengan rajanya putera ratu shima bernama shinna. Dan demikian juga tidak lama setelah rakyat Medang kamulan mengetahui bahwa raja dan punggowonya adalah muslim maka mereka juga memberontak dan menghancurkan kerajaan medang kamulan. Selanjutnya dinasti shima dengan rajanya shinna mendirikan kerajaan medang kamulan kedua yang didirikan di purwodadi. Dan kepulauan gajah-oyo merupakan suatu selat perbatasan antara jepara (kerajaan kalingga) , Demak, Pati, juana, Rembang, lasem, dan Purwodadi. Kepulaun Muria selain memiliki gunung muria juga memiliki gunung pati ayam yang hutannya banyak dihuni gajah-gajah besar dan pada zaman itu kebanyakan penduduk kepulauan muria adalah beragama hindu. Sehingga pada zaman itu mereka sangat bangga dengan lambang gajah dan ingin menamakan daerah yang yang baru yang menjadi kebanggaam mereka denagn nama gajah. Dari sinilah nama gajah-oyo terbentuk yaitu daerah yang berpencar antara demak, kudus, dan jepara. Mereka menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Gajah Oyo.
Pada awal abad Masehi (sekitar abad keempat Masehi) Hinduisme sudah masuk ke Kepulauan Nusantara Indonesia di sebuah kerajaan di Kalimantan Timur dengan rajanya yaitu Mulawarman. Berlanjut dengan Kerajaan Tarumanegara dengan rajanya yaitu Purnawarman yang tertuang dalam Prasasti Batu Tulis.Pada masa tersebut terdapat Pertapa Begawan Abiyoso yang bertapa di Puncak Songolikur di bukit Gunung Muria dan memiliki seorang puteri yang memiliki kelainan. Puteri tersebut sangat cantik namun keriangatnya berbau amis. Akibatnya puteri tersebut selalu saja gagal dilamar oleh ksatria. Akhirnya puteri tersebut diasingkan di suatu pulau kecil, yaitu di sebelah utara Kepulauan Gajah-Oyo yang akhirnya dinamakan Berahan.
Pada awal abad ketiga belas (1230 M), suatu bangunan unik dibangun di Wedung, yaitu suatu bangunan Balai Romo dengan luas 10×20 m3 tanpa dinding dan pagar. Bangunan tersebut adalah bangunan terbuka dengan empat pintu penjuru di timur, barat, selatan, dan utara. Dalam legenda cerita lisan dinyatakan bahwa bangunan itu dibangun oleh Raja Kediri yang mengharapkan bangunan itu sebagai tempat persinggahan, rekreasi, dan tempat musyawarah khusus.
Pada akhir abad ketiga belas Masehi, hadir serombongan mubaligh yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim Almaghriby (berarti Al-Syaik dari Maroko, yang bermadzhab maliki).Pada awal abad kelima belas Masehi (tahun 1414 M), armada Laksamana Haji Muhammad Cheng Ho (Sam Poo Tai Jin) mengadakan kunjungan muhibbah kepada Raja Brawijaya, Kerajaan Majapahit. Armadanya berjumlah kurang lebih 80 Kapal Jung yang mayoritas angkatannya adalah muslimin yang bermadzhah Hanafiyah. Sebelum sampai di pelabuhan Semarang (Semongan), armada tersebut singgah di kepulauan Gajah Oyo dan berlabuh di Pantai Selatan Kepulauan Muria, tepatnya di Welahan.
Tahun 1414 M itu juga, Armada Laksamana H. Muhammad Ceng Hoo singgah di Palembang, Laut Bangka-Bagan Siapi-api sebelum menuju Semarang (Semongan). Armadanya menemukan kapal-kapal perompak Cina atau bajak laut dari Cina yang mengganggu keamanan di Lautan Jawa dan kemudian dikejar oleh Armada H. M. Cheng Ho, terus dikejar hingga armada tersebut masuk ke perairan Gajah Oyo. Begitu singgah di pantai jepara arah timur, yaitu Welahan, kapal perompak tersebut dapat dihancurkan dan tenggelam di perairan Kepulauan Gajah-Oyo; ternyata tahun 1947, ditemukan bangkai kapal Jung di arah timur tambak Gojoyo, dan banyak barang-barang keramik ala Dinasti Ming..
Di zaman Kesultanan Demak, tepatnya saat Kyai Poncowati diangkat menjadi panglima perang, keris pusakanya ditanam di Wedung, tanah Pekodan, dan di atasnya ditanam pohon beringin.
Di awal abad ke-16 (1505-1515) diceritakan: datang Dewa Srani dengan armada lautnya di perairan Kepulauan Gajahoyo, dari Atasangin, dan kejar-kejaran dengan Raja Kalimantoro. Beberapa kapal Dewa Srani tenggelam di perairan sekitar kepulauan tersebut. Sisanya meneruskan pelayaran ke Timur.
Catatan : “Dewa Srani” adalah armada kapal-kapal yang berbendera salib (palang-pantek-merah), armada Portugis dan Spanyol yang memburu kaum Moro (kaum Muslim Spanyol) sampai di Kepulauan Mindanao, Philipina Selatan. Akhirnya kaum Moro mendarat di Mindanao dan masuk hutan-hutan, dan kemudian akhirnya menjadi warga negara Philipina sampai sekarang.
“Sunan Kali mengarang lakon-lakon wayang baru dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa Kalimah Syahadat”.
( Dikutip dari buku “Unsur Islam Dalam Pewayangan” hal.84, Drs.H.Effendi Zarkasi )
Diceritakan dalam lakon Jamus Kalimusodo : Dewa Srani seorang raksasa putra Betara kala berambisi besar untuk menguasai dunia, lalu diceritakanlah keinginannya itu kepada ibunya Betari Durga. Mendengar
pernyataan dari putra kesayangannya ini Betari Durga sangat suka cita,
maka disarankan kepada putranya Dewa Srani agar mencuri pusaka “Jimat Kalimusodo” yang ada pada Prabu Darmakusuma raja Amarta pemuka Pandawa.
“Wahai
ananda, jika ananda memang benar-benar ingin menguasai dunia, itu hanya
satu syaratnya, ananda harus mendapatkan pusaka Jimat Kalimusodo yang
terdapat di Negeri Amarta milik Prabu Darmakusuma, dan puasaka itu
terletak di mahkota kepala Prabu Darmakusuma”.
Mendengar
jawaban dan syaran dari ibunya Dewa Srani sedikit terkejut, karena
bagaimana mungkin mendapatkan pusaka tersebut karena dia sendiri
mengetahui kalau Raja Amarta, Prabu Darma Kusuma adalah pemuka Pandawalima yang teramat kesohor kesaktian dan kedigjayaannya. Bertanyalah Dewa Srani kepada ibunya:
“Ibunda!
Bagaimana caranya ananda bisa memperoleh pusaka Jimat Kalimusodo itu
sedang ibunda tahu, Prabu Darmokusumo dan keempat saudaranya yang
dikenal dengan Pandawalima adalah sosok-sosok sakti mandraguna. Ananda
kira sangatlah sukar untuk merampas pusaka itu secara langsung!”
“Ibunda
sarankan agar sebaiknya ananda harus mencurinya saja, itu adalah
satu-satunya jalan termudah sebab jika ananda merampasnya sepertinya itu
tidak mungkin sebab kesaktian Pusaka Jimat Kalimusodo itu maha sangat
luar biasa tidak bisa dikalahkan oleh jenis senjata pusaka manapun, dan
untuk itu sebaiknya ananda menghadap ramamu Betara Kala untuk minta
restu dan bekal kesaktian agar dalam melakukan pencurian nanti berhasil.
” Demikianlah saran dari ibunya kemudian.
Singkat cerita Dewa Srani akhirnya berhasil memperoleh Pusaka Jimat
Kalimosodo dengan cara mencurinya dari Prabu Darmakusuma, dan iapun
menguasai dunia berkat pusaka Jimat Kalimusodo tersebut, akan tetapi
pusaka Jimat Kalimusada ini dapat direbut kembali oleh Pandawa Lima
melalui kegigihan satriya panengah Pandawa Raden Arjuna.
wallahua'lam
//sumber
(1). runtuhnya kerajaan hindu-jawa dan timbulnya negara islam nusantara, Slamet mulyana (1968)
2). peranan bangsa Indonesi dalam sejarah asia tenggara; Moh.Ali 1963-
(3). pemugaran persada sejarah leluhur majapahit; slamet mulyana
(4) wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar